Bagaimanapun Pemerintah berdalih tentang kepedulian-nya terhadap nasib petani, Tani di Indonesia masih belum mampu memperbaiki taraf hidupnya, semakin terabaikan dan tersingkir dari roda pembangunan yang salah kaprah. Banyak orang berbicara tentang ekonomi kerakyatan, tetapi Pemerintah baru sebatas menggelontorkan program- programnya, minim manfaat dan tanpa pendampingan yang maksimal. Alhasil, program- program tersebut tidak jelas sasarannya, dan semakin menambah panjang daftar petani yang hanya tercatat dalam lembaran program kerja pemerintah.
Ketika petani menghadapi serangan hama wereng yang merajalela, Pemerintah melalui dinas terkait enggan mengambil sikap dan turun langsung melihat realita dilapangan, betapa para pahlawan pangan bangsa (Petani) menanggung kerugian yang tidak terbatas nilainya. Kalaupun ada ganti rugi dari pemerintah, nilainya masih sangat kecil dari kerugian yang ditanggung petani. Bagitu juga ketika petani berteriak akibat menghilangnya pupuk bersubsidi saat masa tanam, anjloknya harga saat musim panen, minimnya sarana irigasi, dan sulitnya para petani mengakses permodalan.Tak satu-pun para pemangku otoritas didaerah yang bicara lantang untuk mengadvokasi kepentingan petani dengan segala dimensi pertaniannya. Jelas bahwa ketika menghadapi masa sulit, petani dibiarkan berjuang sendiri- sendiri tanpa ada advokasi dari pemerintah daerah selaku pemangku kebijakan.
Hal ini disampaikan oleh Ir. Safii Latuconsina dihadapan para petani di Desa Balegondo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan pada Sabtu 28/1. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia menginginkan petani harus memiliki ilmu bertani bukan sekedar pengetahuan. Ia bersama fushindo akan melakukan pendampingan agar petani bisa sejahtera dengan cara mengurangi pengunaan pupuk kimia dan memperbaiki pola tanam. Pada kesempatan itu juga dihadiri anggota DPR RI Dapil Jatim VII, Dra. Mardiana Indraswati sebagai penggagas berdirinya Fushindo. “Fushindo lahir karena, disetiap saya turba selalu saja saya temui petani mengeluh tentang persoalan pertaniannya. Dari masalah ppupuk, hama, produksi yang tidak maksimal dan lain sebagainya. Akhirnya, saya berinisiatif melakukan gerakan nyata untuk memperbaiki nasib petani. Dan sampai saat ini telah ada lahan binaan Fushindo di 7 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Magetan dan tiap hari terus bertambah” ungkap Mardiana Indraswati.
Senin, 30 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar