Senin, 21 Maret 2011

Seputar Pemilukada


Keberhasilan kemenangan di Pemilukada sangat sulit mencari rumusan bakunya. Pertarungan di Pemilukada ini ternyata banyak rona-rona yang harus disisati, untuk mengukur dan memoles diri hingga dapat disambut baik konstituen. Dan kesemuanya harus dipersiapkan secara matang dalam tataran yang elegan tanpa harus membuat siasat curang. Jika dicermati secara mendalam, strategi pemenangan dalam Pilkada, hampir sama, dengan strategi pemasaran produk atau jasa. Membangun konstituen itu sama dengan merawat costumer untuk fanatik terhadap produk atau jasa. Membagi kategori konstituen itu sama dengan segmentasi pasar. Pendekatan akademis melalui survey untuk mengukur elektabilitas dan popularitasnya sudah jamak dipergunakan, tetapi itupun bersifat prediksi. Tetapi jika dipergunakan secara optimal, hasil survey akan sangat membantu untuk membangun profile kandidat, merumuskan program, membidik sasaran pemilih, tracking (mengenali keunggulan dan kelemahan diri). Besaran dan banyaknya partai juga bukan sebuah ukuran dan faktor penentu kemenangan mengingat pengalaman di beberapa pemilukada, koalisi partai besar justru menelan kekalahan. Harus bisa dipahami bahwa pemilukada bukanlah pemilihan partai, tapi pemimpin, figure, atau bersifat individu. Pemahaman yang demikian ini telah menjadi perspektif konstituen dalam menentukan pilihan. Kekuatan money politics juga terbukti bukanlah cara paling utama untuk mendulang suara. Meskipun ada pengaruhnya, namun manajemen isu dan image building ternyata mampu membangkitkan emosi massa dan menjadi faktor penting menghadang serangan politik uang. Hal ini yang dibuktikan dibeberapa Pilkada, kandidat yang finansialnya terbatas mampu meraih simpati dan memunculkan ribuan relawan yang pada akhirnya menjadi kekuatan yang dasyat hingga bisa mengalahkan kandidat yang secara finansial jauh lebih kuat. Kejenuhan sebagian warga masyarakat terhadap pesta demokrasi yang produknya belum mereka rasakan juga menjadi persoalan, ini bisa dibuktikan banyak sekali prosentase ketidakhadiran yang sangat tinggi. Permasalahan yang paling sering adalah kegamangan pemilih terhadap bakal calon, minimnya pengetahuan mereka terhadap bakal calon memunculkan sikap pasif terhadap Pemilukada itu sendiri. Bangunan kebersamaan partai-partai pengusung dan pendukung harus terintegrasi dan koordinatif, jika tidak justru akan menciptakan intrik baru yang tidak produktif. Yang pada waktunya akan mengganggu jalannya proses-proses politik bagi kandidat. Inilah romantika seputaran Pemilukada, silahkan tarik kesimpulan dan siapkan menjadi sang pemenang (@ry)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | PAN KABUPATEN MAGETAN Designed by Bloggers Template | CSS done by Link Building